[^__^] Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh [^__^]

Jumat, 04 Oktober 2019

Perjodohan



        "Hmm, soal jodoh itu memang aneh ya; Kita misal, yang sebelumnya berjauhan, tidak pernah bertemu, bahkan membayangkannya saja mungkin tidak sejelas kini lalu dipersatukan hingga sedekat ini. Meski ... juga dengan segala keanehan baru yang nampak." Katamu tiba-tiba.

         Kulihat kau kembali terdiam, namun buku tebal yang kau baca telah tertutup. Merenung, terdiam. Seakan ada kalimat lain yang ingin terucap, namun kau tetap diam.

"Iya, banyak teman bilang. Kok bisa dapet berondong?" Aku berkelakar, coba mencairkan wajahmu yang kaku. Buku itu mungkin terlalu berat bagimu, namun begitu memengaruhi.

"Itu perkataan asal jeplak," Katamu meninggi. Aku bingung, apa yang salah dengan kataku tadi. Tapi ku memilih diam, sesekali kulihat kau membaca kembali. Buku itu lagi, buku yang hampir melampaui ketebalan Al-Qur'an, yang sering mencuri bulan-bulan madu kita.

"Mmm, maksudnya keanehan baru gimana, tadi?" Kuabaikan sedikit kecewa, sedikit canda bagimu mungkin menjadi salah. Dan aku selalu ingin membuatmu nyaman, meski dengan berdiam saja. Atau masuk sekalian pada alam fikirmu yang kurasa keras, kurasa terlalu 'saklek'.

"Aneh, bagaimana aku sampai hati mencintai mahluk ribet sepertimu? Haha" Katamu enteng, kini wajahmu mengendur. Namun kini aku yang tersinggung.

"Maksudnya mahluk ribet?!" Seketika aku meninggi, tidak dapat bersabar lagi. Namun kau tetap tertawa kecil, seakan mencandai seorang gadis kecil di taman bermain.

"Maaf sayang, tapi itulah yang kulihat. Kaum kalian, kaum Hawa; berbusana anggun tidak sesimpel para lelaki, terlihat lemah dan lembut. Namun anehnya kaum lelaki suka, bahkan banyak yang menggilai kaum kalian. Padahal bila semua keanehan itu berlaku pada ku, kaum Adam. Takkan pernah mau, naudzubillah" Kau kembali tertawa, mengabaikan ku yang tidak ikut tertawa karena akulah peran utama kekonyolan.

"Hey, aku becanda.. Maaf" Tawamu tiba-tiba terhenti, kulihat wajahmu sedikit takut bercampur khawatir. Mungkin baru menyadari ataupun teringat. bahwa kami; kaum Hawa begitu sensitif perasaannya.

"Iya, perempuan memang aneh, memang ribet. Lalu kenapa Kalian mau ngejar-ngejar?"Aku melipat muka, kamu makin merasa bersalah. Lucu sekali, geli melihatmu seperti itu.

"Oh sayang. Maaf... Ya? Ya!?" Kau memelas, namun dalam hati aku tersenyum, rasanya aku telah menang kali ini.

#Tsabita, do'a seorang ibu

Tidak ada komentar: