[^__^] Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh [^__^]

Sepotong Kue


SUATU sore, datang seorang ibu tetangga sebelah rumah Bu Adil dengan sepotong kue bolu; sebagai buah tangan dari anaknya yang baru pulang mudik.
-
Kue bolu coklat itu seukuran hape layar empat inci dengan tebal setebal dua inci dalam nampan yang sangat mewah.
-
Setelah berbicara singkat, akhirnya ibu tetangganya undur diri, karena katanya harus membagi kue yang sama pada tetangga yang lain. Bu Adil menerima buah tangan tetangganya dengan suka cita, dalam hatinya bolu coklat pas sekali dengan kesukaan anak-anaknya.
-
Segera saja Bu Adil menuju ke pekarangan belakang, dimana anak dan ayahnya berada. Setibanya sampai di pekarangan belakang rumah, segera senyum Bu Adil mengembang; dipikirnya kedua anaknya itu akan sangat senang mendapat kue favoritnya.
-
"Adi, Uda. Alhamdulillah, ada rezky nih," Bu Adil segera menyapa, ketika dilihatnya kedua anaknya asyik bermain, hingga kedua anaknya tidak menyadari kedatangannya.
-
"ASYIK!, KUE BROWNIS" Adi dan Uda berseru hampir bersamaan, Adi lalu segera hendak mengambil kue di tangan ibunya.
-
"Sebentar, ibu bagi dua dulu ya, biar kakak Uda juga kebagian" Bu Adil dengan halus menjauhkan kue dari tangan Adi.
-
"Iya cepat bagi Bu," Kali ini Uda angkat bicara, tidak sabaran.
-
Mulailah Bu Adil memotong kue jadi dua, dilihatnya kedua potongan telah sama besarnya. Namanya saja bu Adil, nggak pernah main-main dari urusan bagi-berbagi.
-
"Kakak yang ini ya," Segera Uda memilih potongan paling kanan, padahal ia ada di sebelah kiri.
-
"Eh! itu bagian Adi," Protes Adi seketika.
Tapi Uda, kakaknya Adi cuek saja dengan protes adiknya. Lalu dengan santainya mulai menggigit kue yang diambilnya.
-
"Ih KAH UDA!!," Adi seketika berang, langsung mengambil potongan kue yang tersisa dan langsung di benamkan ke mata kakaknya. Jadilah kedua kakak beradik itu saling membalas dan berkelahi.
-
"EH KNAPA KALIAN JADI BERKELAHI SIH?! KAN IBU KAN UDAH BAGI SAMA RATA?!" Bu Adil mulai berteriak, berusaha merelaikan kedua anaknya. Tapi Uda dan Adi tidak mendengar, terus saja saling balas.
-
"Pah, tolong!" Karena kewalahan merelai kedua anaknya, segera ia memanggil suaminya yang asik menggali tanah untuk menanam bibit pisang.
-
Dengan sedikit tersenyum Pak Adil berseru agak keras;
"MAKANYA MAH, MENDING PUNYA ANAK SATU AJA KALO NGGAK BISA ADIL,"
-
-ar
30juni2017

Tidak ada komentar: