Malam kian larut, namun Bujang tidak terlihat mengantuk sedikitpun. Pekerjaannya baru separuh jalan, padahal esok pagi mesti sudah diserahkan.
Bujang terus saja asyik mengetik, sesekali mereguk kopi hitam yang pekat dengan nikmatnya. Hingga kopi sebatas ampas, barulah ia mau melihat kopinya.
Tiba-tiba seketika perut derasa mual, demi dilihatnya benda kecil yang sudah tidak asing lagi ia kenali.
“Ya ampun!, ah pasti bukan” Bujang begitu kaget, pikirannya segera membayangkan betapa jijiknya kopi yang sedari tadi diminum.
Seketika mendongak ke atas langit-langit rumah, benar saja banyak cicak yang dengan tenang menangkapi nyamuk. Bahkan ada sepasang cicak yang sedang kawin dan bernyanyi.
Karena masih ingin menyangkal, Bujang segera mengambil sendok guna mengankat benda yang kini dikhawatirkannya.
Dan saat benda mencurigakan itu dipisahkah dari ampas kopi, benar saja itu adalah itu memang kotoran cicak.
“Sial” Bujang kesal dan mulai mual saat memencet benda tersebut, sungguh terasa embek dan bau tidak sedap pun mulai tercium.
Bujang terus saja asyik mengetik, sesekali mereguk kopi hitam yang pekat dengan nikmatnya. Hingga kopi sebatas ampas, barulah ia mau melihat kopinya.
Tiba-tiba seketika perut derasa mual, demi dilihatnya benda kecil yang sudah tidak asing lagi ia kenali.
“Ya ampun!, ah pasti bukan” Bujang begitu kaget, pikirannya segera membayangkan betapa jijiknya kopi yang sedari tadi diminum.
Seketika mendongak ke atas langit-langit rumah, benar saja banyak cicak yang dengan tenang menangkapi nyamuk. Bahkan ada sepasang cicak yang sedang kawin dan bernyanyi.
Karena masih ingin menyangkal, Bujang segera mengambil sendok guna mengankat benda yang kini dikhawatirkannya.
Dan saat benda mencurigakan itu dipisahkah dari ampas kopi, benar saja itu adalah itu memang kotoran cicak.
“Sial” Bujang kesal dan mulai mual saat memencet benda tersebut, sungguh terasa embek dan bau tidak sedap pun mulai tercium.
-Ar-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar