Bagaimana menurutmu? Akan
masa depan seorang lelaki yang menghabiskan buah ejekan dari sebuah telaga masa
lalu? Masa-masa dimana mendapati dirinya dapat tertidur dengan nyenyak di awal
malam hingga pagi menjelang itu, berikutnya sering terjaga karena mengingati
sewajah indah yang mengusiknya sejak pandangan pertama, Membuat kedua matanya
enggan terpejam hingga saat ini.
Wajah indah
itu hadir ketika dirinya hendak beranjak dewasa. Saat mulai bertanya-tanya akan
arti kehadirannya di dunia, akan makna kehadirannya dalam keluarga, makna
penampakan tampangnya di depan teman-teman bermain, dan semua itu terampas
begitu saja oleh ujung pertanyaan besar dalam dirinya, “siapa pemilik wajah indah itu? Dan apa arti kehadirannya di hadapan
pemilik wajah indah itu?”.
Tidak banyak
ia lihat binar-binar ceria dari wajah indah itu, namun justru itu yang
membuatnya ingin terus mereguk pemandangan sosoknya hingga memasuki ruang-ruang
kosong dari jiwanya itu.
Tidak banyak
kata dalam gerak bibirnya, tapi itulah yang justru membuatnya selalu ingin
mengenang wajahnya.
Di malam-malam
memabukan dari kucuran telaga kenangan itu, tidak ia terima begitu saja. Ia
ingin melawan, sangat ingin! Tapi semakin ia melawan, semakin ia merasakan
kekalahan. Entah bagaimana lelaki itu jadi merasakan begitu rapuh terhadapnya. Hingga
sebuah pertanyaan lagi menyusul tanpa menunggu sejenak dari sesaknya
pertanyaan-pertanyaan lalu yang belum terjawab, “apa arti seseorang yang kalah dalam kehidupan ini?” teriak
batinnya kini memenuhi rongga jiwa.
Apa arti
hidup dari seorang manusia yang tak berdaya dalam kehidupan ini? seseorang yang
tal berdaya karena mereguk suatu keindahan dari sewajah sayu itu? Hingga siang-siang
ia merasakan hampa, meski telah berkali-kali ditampar kenyataan yang seharusnya
membuat ia bangun dan tersadar.
Ia resah,
gusar, karena menyadari suatu anomali hati telah berlaku dalam jiwanya. Ia marah,
menangis, karena semua yang dipikirnya sebelumnya begitu berharga dan damai
tidak lagi memberikan makna. Hingga suatu saat dimana titik jenuh kekalahannya
itu memuncak, sebuah kabar dari manuskrip langit tebuka dan berkata-kata
padanya, “simpanlah kejadian itu sebagai
pelajaran besar dalam hidupmu... Itulah fitrah cinta, dimana saat melawannya
kau seperti melawan pemilik jiwamu sendiri, tiada yang dapat melawan segala
yang telah ditentukanNya, maka bersabarlah!”
“Dan jangan kau campurkan kekalahan
itu dengan dendam dan amarah, hanya karena kau tidak mampu bersabar merasakan
sakit dari suatu ketentuan yang telah berlaku, karena semua... pun bersusah
payah melewatinya.
Menyerahlah! Menyerahlah dengan
iklash dan sepenuhnya, semoga Pemiliknya akan menuntunmu dengan kasih sayang..
Menyerahlah! Taslim! Dan berbahagialah
wahai para muslim..”
”Abaikan saja, orang jahil yang dengan berani meramal-ramal masa depanmu.."
”Abaikan saja, orang jahil yang dengan berani meramal-ramal masa depanmu.."
Bandung,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar